Museum KAA Kembali Sukses Sosialisasikan Nilai-nilai KAA
Museum KAA Kembali Sukses Sosialisasikan Nilai-nilai KAA
BANDUNG, MUSEUM KAA — Seolah ingin mengulangi kisah sukses di tahun 2015, Museum KAA di tahun 2016 ini kembali menggelar program unggulannya. Di tahun lalu Museum KAA mensosialisasikan Nilai-nilai KAA di Palembang, Lampung, dan Banten. Tahun ini Museum KAA memfokuskan acara serupa di Sumedang, Kuningan, Ciamis, dan Cirebon. Ini kisahnya!
1. Sumedang
Museum KAA mengawali rangkaian acara sosialisasi Nilai-nilai KAA di Kota Sumedang. Acara dipusatkan di Museum Prabu Geusan Ulun (MPGU). Rabu pagi (21/9) sekira 250 siswa-siswi asal 12 sekolah di Kota Sumedang antusias berkumpul di aula museum. Acara sosialisasi dibuka Ketua Yayasan MPGU Luky Djouhari Soemawilaga.
Museum KAA dan MPGU berbagi waktu di sesi sosialisasi. MPGU mengawali sosialisasi. Edukator MPGU menjelaskan asal usul leluhur masyarakat Sumedang dan sejarah Kerajaan Sumedang. Selanjutnya, duo Elda Tartila dan Teguh Adi Primasanto kerja bareng mengawal sosialisasi Nilai-nilai KAA.
“Walau masih SMA, mereka kritis. Buktinya, mereka bertanya hal-hal terkait isu diplomasi dan hubungan internasional,” aku Prima.
Prima mencontohkan bentuk pertanyaan mereka. “Ada yang bertanya mengapa KAA tidak melahirkan organisasi internasional. Bahkan, juga ada pertanyaan mengapa setelah KAA dan GNB Perang Dingin masih saja berlangsung?” ujar Prima menirukan.
Edukator Museum KAA Elda Tartila mengamini pernyataan Prima. “Mereka kritis. Padahal mereka rerata masih duduk di bangku SMP dan SMA. Mereka berasal dari 6 SMP, 2 SMA, dan 4 SMK. Semuanya di sekitar Kota Sumedang,” rinci Elda.
2. Kuningan
Setinggi-tinggi bangau terbang, jatuhnya ke kubangan juga. Demikian pula acara sosialisasi Museum KAA di Kota Kuningan. Pasalnya, acara itu dilaksanakan di situs bersejarah diplomasi Indonesia, Museum Linggarjati. Perundingan Linggarjati menjadi ikonik diplomasi Indonesia, terutama dalam Periode Bersiap (1946-1949). Senafas itu, satu dasawarsa kemudian KAA tampil sebagai puncak politik luar negeri bebas aktif Indonesia.
Acara sosialisasi dilaksanakan pada Rabu, (28/9). Sekira 200 siswa-siswi dari sejumlah SMA di Kota Kuningan memadati Ruang Auditorium Museum Linggarjati. Acara dibuka resmi Kepala Bidang Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan, Yosep Yanuar.
Selama 60 menit edukator Museum KAA Asep B. Gunawan menyampaikan intisari Nilai-nilai KAA. Antusias peserta sangat baik. Pasalnya, di sesi diskusi aneka ragam pertanyaan serisu diajukan. Misalnya, perihal Bandung sebagai tempat KAA, peran KAA untuk menyelesaikan konflik antara negara Asia Afrika, dan bagaimana menghindari konflik di antara negara Asia Afrika serta mengapa KAA hanya mengundang negara Asia Afrika.
Selain itu, ada pertanyaan lain yang lebih menggelitik. “Ada yang bertanya mengapa KAA tidak sekalian saja mengajak para negara kolonial untuk mengikuti konferensi jika memang tujuannya untuk perdamaian,” ucap Asep menirukan pertanyaan siswa.
Acara sosialisasi ditutup oleh Kepala Bidang Kebudayaan Disparbud Kabupaten Kuningan, Slamet Riyadi, S.E.
3. Ciamis
Pucuk Dicinta, Ulam Tiba. Sosialisasi Museum KAA di Kota Ciamis berbuah manis. Tak hanya sukses menarik perhatian 200 siswa dan mahasiswa, acara sosialisasi itu berbuah kesepakatan kerjasama antara Universitas Galuh dan Museum KAA.
Museum KAA dan Universitas Galuh Ciamis akhirnya menandatangani kesepakatan di bidang pendidikan, penelitian, dan kebudayaan. Pelaksana Tugas Kepala Museum KAA, Devi Noviadi menuturkan, kesepakatan ini akan mulai berjalan pada 02 November 2016 mendatang. Sehingga Museum KAA kini memiliki Sister Museum di Ciamis, yaitu Museum Galuh di Universitas Galuh.
“Kesepakatan ini menempatkan Museum KAA sebagai mitra resmi Universitas Galuh dalam pengembangan Museum Galuh. Selain itu, Museum Galuh menjadi point of interest bagi upaya Museum KAA dalam mempromosikan Nilai-nilai KAA di Kota Ciamis,” ujar Devi saat ditemui di ruang kerjanya di Museum KAA Jalan Asia Afrika Bandung, Senin (23/10).
Devi juga menyampaikan, melalui kesepakatan tersebut Museum KAA dan Universitas Galuh sudah menginovasi rencana pengembangan tata kelola dan tata pamer Museum Galuh.
Rektor Universitas Galuh, Dr. H. Yat Rospia Brata, M.Si menuturkan, kesepakatan ini berawal dari keinginan kedua belah pihak untuk bersama-sama mengembangkan permuseuman. Maka itu, keduanya segera membangun sistem yang saling menguntungkan.
Bagi Universitas Galuh sendiri, kesepakatan itu memberikan berbagai manfaat. Di antaranya memberi kemudahan dalam akses pertukaran pengetahuan dan keterampilan di bidang permuseuman. “Kita bisa langsung berkonsultasi dengan Museum KAA perihal pendidikan, penelitian, dan kebudayaan untuk mengembangkan Museum Galuh. Padahal selama ini Museum Galuh belum memiliki mitra wicara dalam perintisannya,” kata Dr. Yat.
Dengan begitu, lanjut Dr. Yat, ke depannya peran Museum Galuh sebagai sarana edukasi mahasiswa Program Studi Sejarah Universitas Galuh dapat semakin meningkat. Sehingga mahasiswa dapat menguasai dengan lebih baik pengetahuan kesejarahan, khususnya Sejarah Galuh.
Sementara itu, Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan Asosiasi Museum Indonesia Daerah Jawa Barat (Amida Jabar), Deddy Mulyana Surya mengatakan, kesepakatan ini akan memberi dampak positif yang besar bagi Amida Jabar. Pasalnya selama ini, Amida Jabar senantiasa memperbaharui database keanggotaan museum di wilayah Jawa Barat. Melalui kesepakatan ini, Amida Jabar menaruh harapan besar akan peran Museum Galuh di masa depan sebagai mitra di wilayah Ciamis.
Deddy Mulyana Surya berharap penerapan Sister Museum antara Museum KAA dan Universitas Galuh dapat berjalan lancar. Sehingga sistem tersebut dapat ditiru oleh museum-museum lain di Jawa Barat. “Kami sangat mendukung kesepakatan ini, karena kebutuhan kemitraan antara museum dan perguruan tinggi terus meningkat tiap tahun,” ujarnya.
4. Cirebon
Sosialisasi Museum KAA di Kota Cirebon terasa istimewa. Sebab, acara itu selain bertempat di situs bersejarah Keraton Kacirebonan juga dibuka langsung Sultan Keraton Kacribonan Abdulgani Natadiningrat, S.E.
Acara dihelat pada Rabu, (26/10). Sultan Abdulgani Natadiningrat, S.E. dan Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kota Cirebon (Kadisporabudpar) Dana Kartiman hadir dalam acara itu.
Dalam sambutannya Sultan mengatakan, “Kami berterima kasih kepada Kemlu yang telah berkenan bekerja sama dengan Keraton Kacirebonan dalam melestarikan nilai-nilai luhur budaya Indonesia.”
Kepada siswa-siswi peserta acara sosialisasi, Sultan menyemangati, “Di Kemlu ada Duta Besar asli Wong Cirbon. Namanya Pak Andri Hadi. Yakin kalian semua juga bisa! Semoga kalian juga berkesempatan jadi pemimpin nasional bahkan dunia!”
Senada dengan sultan, Kadisporabudpar Dana Kartiman menyatakan, “Kami berterima kasih atas kedatangan Museum KAA. Event edukatif seperti ini penting. Pasalnya, ini dapat menumbuhkan nasionalisme di kalangan pelajar di Kota Cirebon.”
Acara sosialisasi dihadiri sekira 270 peserta. Pesertanya tak hanya siswa-siswi SMA tapi juga siswa-siswi SMP di Kota Cirebon dan Indramayu. Selama hampir 90 menit mereka serius mengikuti pemaparan dua edukator Museum KAA, Kudrat Syamsuri dan Ginanjar Legiansyah. Selain Museum KAA, pemerhati sejarah Cirebon Mustaqim Asteja turut pula membagikan Nilai-nilai Keraton Kacirebonan.
Sumber: Museum KAA